اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَنَا بِاْلهُدَى وَالأَوْلاَدِ وَاَّلذِيْ
أَرْحَمَنَا بِاْلمَغْفِرَةِ وَاْلأَبْنَاءِ ، أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَسُبْحَانَ الَّذِيْ أَفْضَلَنَا عَلىَ سَائِرِ
مَخْلُوْقَاتِهِ ، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ
أُرْسِلَ إلَى جَمِيْعِ أُمَّتِهِ ، أللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ
وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يَتَمَسَّكُوْنَ بِسُنَّتِهِ وَدِيْنِهِ، أمَّا
بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ
اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
قَالَ
اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ : وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ
لِلُمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
Hadirin
sidang jumah rohimakumullah
Tak
henti-hentinya,..... marilah kita bersama-sama berusaha meningkatkan takwa kita
kepada Allah swt. karena hanya ketakwaan kepada Allah semata yang dapat
menjamin ketenteraman hidup kita selama di dunia hingga di kehidupan akhirat
kelak. Dan hanya dengan keimanan dan ketakwaanlah kita layak berharap
mendapatkan rahmat dari-Nya. Iman adalah landasan utama, sedangkan takwa adalah
implementasi dari iman itu sendiri. Meskipun banyak saudara-saudara kita yang
menyepelekan, atau bahkan mengabaikan iman dan takwanya kepada sang Khalik.
Betapa tidak,.... mereka memang hidup dan ditempa dengan pendidikan yang kurang
mengedepankan aspek keimanan dan ketakwaan. Dan bahkan banyak diantara mereka
yang hidup pada kalangan masyarakat yang berorientasi pada harta dan kedudukan
duniawi semata.
Hadirin
rohimakumullah,....
Rasulullah
telah menganjurkan kita sebagai umatnya untuk melangsungkan pernikahan. Dan
pernikahan memang merupakan satu aturan resmi untuk menyalurkan kebutuhan
biologis manusia, dan juga sebagai ikatan kehormatan bagi kita untuk meneruskan
nasab dan keturunan. Coba bayangkan andai saja tidak ada aturan pernikahan di
dunia ini, atau misalnya agama melarang kita untuk menikah, bagaimana jadinya
dengan kelangsungan kehidupan di dunia ini.
Namun
demikian, ada yang harus kita sadari bersama, bahwa salah satu tujuan
pernikahan adalah berharap diberikan keturunan, yang nantinya akan menjadi
pengganti kholifah di bumi ini setelah orang tuanya tiada. Hampir tidak ada
orang menikah tetapi tidak berharap diberikan keturunan. Bahkan rasulullah
menganjurkan kepada kita untuk menikahi wanita-wanita yang dapat melahirkan
keturunan (tentu tanpa harus menghinakan wanita yang tidak mendapat
kesempatan untuk melahirkan). Sabda rasulullah :
تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ إِنِّي
مُكَاثِرٌ اْلأَنْبِيَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Nikahilah wanita yang al-wadud dan
al-walud, karena sesungguhnya aku berbangga di hadapan para nabi dengan jumlah
umatku yang banyak pada hari kiamat.”
Hadirin
rahimakumullah,.....
Rasulullah
bangga dengan jumlah umatnya yang banyak, tetapi hal ini tentu harus kita kaji
lebih mendalam lagi. Umat yang banyak tidak harus identik dengan jumlah anak
yang banyak, sehingga kita tidak perlu berlomba-lomba atau bertanding dengan
banyaknya anak. Tetapi kita harus berusaha menciptakan umat yang berkualitas
tinggi dari anak-anak kita itu. Anak-anak sebagai amanat Allah dititipkan
kepada kita untuk dirawat, dibesarkan, dan diberikan pendidikan (baik
pendidikan yang berbasis duniawi, lebih-lebih pendidikan agama islam yang akan
menjadi bekal baginya ketika menghadap ilahi robbi). Rasulullah saw pernah bersabda :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلىَ اْلفِطْرَةِ،
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِ أوْ يُنَصِّرَانِ أوْ يُمَجُّسَانِ
“Setiap
anak dilahirkan dalam fitrahnya (keadaan suci). Maka kedua orang tuanya yang
menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Hal ini berarti bahwa orang tua sangat berperan besar dalam
menentukan masa depan anaknya. Dia akan menjadi orang beriman, atau menjadi
orang Yahudi, Nasrani atau Majusi sangat tergantung dengan pendidikan dari
orang tuanya. Dia akan menjadi pejabat, pegawai, pengusaha, wiraswasta, petani,
buruh, pengemis, atau bahkan dia akan menjadi gelandangan juga tergantung
bagaimana orang tuanya merancang pendidikan bagi anaknya tersebut. Dan harus
kita sadari bersama bahwa orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya.
Pendidikan dari keluarga adalah pondasi dan tonggak utama dari
pendidikan-pendidikan selanjutnya. Sehingga suasana kehidupan keluarga kita
harus kita ciptakan sebagai tempat belajar yang baik bagi anak-anak. Hal ini
berarti bahwa setiap gerak-gerik, perilaku dan ucapan seluruh anggota keluarga
tidak boleh lepas dari misi pendidikan. Dengan demikian insya allah akan
terbentuk generasi anak-anak sholeh/sholehah yang akan menjadi kebanggaan dan
perhiasan bagi orang tuanya. Sebagaimana firman Allah :
الْمَالُ
وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ
عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلاً
“Harta dan anak-anak adalah
perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah
lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
(Al-Kahfi: 46)
Sidang
jamaah jumah rohima kumullah,...
Dengan
berbekal pondasi pendidikan keluarga yang kuat, maka akan lebih mudah bagi kita
untuk memilihkan pendidikan selanjutnya. Baik pendidikan non formal (misalnya
TPA, kelompok-kelompok pengajian Al-qur’an, kelompok kesenian, dan lain-lain)
maupun pendidikan formal berupa sekolah, madrasah, ataupun pondok pesantren,
dan lain-lain. Tetapi satu hal yang harus kita ingat bahwa apapun bentuk pendidikannya,
harus kita yakinkan bahwa misi dan orientasinya adalah iman dan takwa. Boleh
saja mengejar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk bekal kehidupan
dunia, tetapi ingatlah bahwa sebaik-baik bekal adalah takwa.
Sebagaimana firman Allah :
وَتَزَوَّدُوْا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ الَّتقْوَى وَاتَّقُوْنِ يَا أُولِي اْلألْبَابِ
“Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa
dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.” (QS.
al-Baqarah : 197)
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ, لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ.
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar