DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI

Sabtu, 30 November 2013

Makalah pendidikan



PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

A.   PENDAHULUAN
              Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian yang kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Secara spesifik, dengan pendidikan peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dapat tercipta Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Pendidikan sangat mempengaruhi proses perubahan sosial suatu individu dalam bermasyarakat dan akhirnya pendidikan akan dapat membangun bangsa dan negara dengan segala peradabannya.
              Di era globalsasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sedemikian pesat. Ekonomi  mengalami pasang surut berganti-ganti sulit diprediksi. Kontelasi kekuasaan politik juga berubah-ubah. Kita sudah tidak lagi hidup dengan anggapan lama yaitu tentang dunia yang teratur dan harmonis, melainkan hidup dalam tidak keteraturan dan kecenderungan mengedepankan kepentingan individu dan golongan. Jadi hal semacam hanya dapat diatasi oleh orang-orang yang pikirannya terbuka dan orang yang selalu belajar untuk hal-hal baru.
              Pendidikan bukanlah untuk menciptakan orang-orang yang siap pakai. Generasi yang diharapkan terbentuk dari suatu sistem pendidikan bukanlah generasi yang siap bekerja sebagaimana misi sekolah kejuruan. Pendidikan harus mampu membekali peserta didiknya untuk menjadi generasi yang siap menghadapi segala bentuk perubahan, serta generasi yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Bahkan pendidikan harus memapu menjadi agent of change yaitu suatu perantara terhadap adanya perubahan kultur dan budaya.
              Dengan demikian, sekolah di tingkat manapun yang tetap menjalankan pendidikan dengan orientasi siap pakai untuk para pelajarnya tidak akan berhasil untuk mengemban misi sebagai agent of change tetapi sekedar consumer of change dalam mengantisipasi masa depan (menuju masyarakat modern).
B.   PENDIDIKAN
              Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi antara manusia dewasa  dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.
              Pendidikan sering disebut ilmu normatif, yaitu ilmu yang mendiskripsikan, menjelaskan dan memberitahukan kepada orang lain untuk mencapai sesuatu yang ideal. Pendidikan mempunyai beberapa unsur dasar aktivitas pendidikan, yaitu :
1.    Yang mendidik dan yang menerima pendidikan, maksudnya pendidikan akan terlaksana jika ada orang yang memberikan didikan yang baik kepada orang lain baik sengaja maupun tidak sengaja, dan orang lain itu menerimanya.
2.    Pendidikan bertujuan yang baik, yaitu  perkembangan kepentingan yang menerima agar anak pandai, cerdas, toleransi, berkepribadian, dan luhur serta ahli dalam berbagai bidang.
3.    Cara atau jalan yang baik artinya, baik dalam cara atau jalan yang menerima (subyek-didik) dan dapat pula terkait pada hakikat yang, memberi (pendidik) serta yang diterima (didikan) pada hal-hal yang baik.
4.    Konteks yang positif artinya, sustu konteks yang berupaya menyisihkan negatif merubahnya menjadi posisitif.
              Dari unsur-unsur tersebut dapat dirumuskan pendidikan sebagai aktivitas interaksi antara pendidik dan subyek didik untuk mencapai tujuan yang baik dengan cara baik dalam konteks hal yang positif.
              Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 telah ditetapkan bahwa ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

C.   PERUBAHAN SOSIAL
              Perubahan sosial adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
              Perubahan sosial terjadi karena beberapa faktor, di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
              Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain, perkembangan IPTEK yang lambat, sifat masyarakat yang sangat tradisional, ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat, prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru, rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan, hambatan ideologis, dan pengaruh adat atau kebiasaan.[1]
              Manusia adalah faktor utama terjadinya sebuah perubahan. Pada dasarnya, manusia tak lepas dari perkembangan individu baik karena pergumulan/interaksi antar sesama maupun proses belajar atau pun mengajar. Contohnya:  ketika kita mengenal komputer, maka kita gunakan komputer sebagai alat menulis yang sebelumnya menggunakan mesin ketik manual. Dalam hal ini terjadi perubahan seseorang setelah dia mengenal komputer dia meninggalkan mesin ketik manual.



1.    Teori-teori Perubahan Sosial
·           Linear Theory: melalui tahapan-tahapan (stage) dan selalu menuju ke depan; misalnya adanya perubahan masyarakat, dari masyarakat buta huruf menjadi masyarakat melek huruf.
·           Spiralic Theory: melalui pengulangan-pengulangan diiringi kematangan didalamnya; misalnya pandangan masyarakat dalam berpolitik dengan sistem multipartai.
·           Cyclical Theory: melalui putaran panjang yang pada suatu saat menemukan track yang pernah dilalui; misalnya kembalinya masyarakat Barat kepada hal-hal yang natural dalam pengobatan, keyakinan, dsb.
·           Teori Historis: Kemajuan masyarakat mengacu masyarakat maju berdasar jamannya. Episentrumnya berpindah-pindah; dari Sungai Indus (India), Sungai Yang Tse (Cina), Lembah Sungai Nil (Mesir), Yunani-Romawi, Eropa Barat, Amerika Utara, sampai Jepang.
·           Teori Relativisme: Kemajuan masyarakat mengacu masyarakat Barat, khususnya AS. Episentrumnya Barat. Modernisasi = westernisasi. Kriteria: teknologi maju, organisasi sosial mendukung, ekonomi maju, dan politik mapan.
·           Teori Analitik: Kemajuan masyarakat ditandai dari berbagai aspek: ekonomi, politik, keluarga, mobilisasi sosial, dan agama yang semuanya itu bertumpu pada perkembangan iptek (pendidikan).[2]
              Teori-teori ini memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk perubahan sosial (sosial change) yang terjadi di masyarakat. Misalnya Linear Theory, dengan melalui beberapa tahap menuju ke depan, atau menuju perubahan yang lebih baik. Contohnya perubahan masyarakat yang awalnya buta huruf menjadi melek huruf setelah adanya pendidikan.



2.    Perubahan Sosial di tinjau dari Pedagogik (pendidikan)
       a.     Perubahan Sosial ditinjau dari Pedagogik tradisional
              Pertama-tama, kita lihat pedagogik tradisional memandang lembaga pendidikan sebagai salah satu dari struktur sosial dan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan seperti sekolah  perlu disiapkan agar lembaga tersebut berfungsi sesuai dengan perubahan sosial yang terjadi. Apabila lembaga sekolah tidak dapat mengikuti perubahan sosial maka dia kehilangan fungsinya dan kemungkinan besar dia ditinggalkan masyarakat. [3]
              Sebagai lembaga sosial, maka proses belajar di dalam sekolah haruslah disesuaikan pula dengan fungsi dan peranan lembaga pendidikan. Fungsi sekolah ialah mentransmisikan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat dan kebudayaan pada saat itu. Di dalam pedagogik tradisional, tempat individu adalah sebagai obyek perubahan sosial. Individu tersebut mempelajari peranan yang baru di dalam kehidupan sosial yang berubah. Sekolah adalah tempat yang memperoleh legitimasinya dari kehidupan masyarakat atau pemerintah yang mempunyainya.
       b.    Perubahan Sosial ditinjau dari Pedagogik Modern (pedagogik transformatif)
              Titik tolak dari pedagogik transformatif ialah “individu-yang-menjadi.” Apa artinya individu-yang-menjadi? Hal ini berarti seorang individu hanya dapat berkembang di dalam interaksinya dengan tatanan kehidupan sosial budaya di mana dia hidup. Individu tidak dapat berkembang apabila diisolasikan dari dunia sosial budaya di mana dia hidup. Hal ini berarti adanya suatu pengakuan peran aktif partisipatif dari individu yang terjadi dalam tatanan kehidupan sosial dan budayanya. Individu bukanlah sekedar menerima nilai-nilai tersebut, akan tetapi nilai-nilai tersebut hanya dapat dimilikinya melalui peranannya yang aktif partisipatif di dalam aktivitas sosial budaya dalam lingkungannya. Jadi, berbeda dengan pandangan pedagogik tradisional yang melihat individu sebagai suatu makhluk yang pasif reaktif, yang hanya berkembang karena pengaruh-pengaruh dari luar, termasuk pengaruh dari perubahan sosial yang terjadi dalam lingkungannya.
              Pandangan pedagogik transformatif terhadap individu bukanlah sebagai sesuatu yang telah jadi, tetapi yang sedang menjadi. Individu mempunyai peran emansipatif di dalam kehidupan sosial budaya, termasuk melalui proses pendidikan dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Di dalam peranannya yang emansipatif tersebut maka individu bukan hanya sebagai obyek dari perubahan sosial, tetapi sekaligus pula berperan sebagai faktor dari pengubah dan pengarah dari perubahan sosial.[4] Atau agen of change (individu-individu pengubah).
              Dalam pendidikan transformatif, peserta didiklah yang berperan terjadinya perubahan dalam diri mereka. Adapun peran guru hanyalah sebagai pendorong dan motivator.  Dalam hal ini, kita ingat filosofi Ki Hadjar Dewantara yang berbunyi: Tut Wuri Handayani artinya dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Hal ini mempunyai makna yang kuat tentang peran dan fungi guru. Para guru perlu berperan sebagai pendorong atau motivator. Mereka juga perlu berperan sebagai pengarah atau pembimbing yang tidak membiarkan peserta didik melakukan hal yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian, para guru perlu menjadi fasilitator agar dorongan dan bimbingan dapat terwujud dalam perubahan perilaku peserta didik.[5]
3.    Pendidikan Nasional sebagai Pendorong Perubahan Sosial
              Dalam Undang-Undang Sisdiknas 2003 Pasal 3 dikatakan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.[6]
              Dalam UU Sisdiknas di atas, nampak bahwa fungsi pendidikan nasional sebagai salah satu faktor perubahan sosial atau pengembangan potensi/kompetensi peserta didik. Perubahan-perubahan tersebut adalah :
a.    pengembangan kemampuan (baik intelektual maupun interaksi sosial)
b.    pembentukan watak
c.    pembentukan peradaban bangsa yang bermartabat di mata bangsa lain.
d.    mencerdaskan kehidupan bangsa.
e.    mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

D.   HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
              Sejalan dengan penjelasan perubahan sosial di atas maka sebenarnya di manakah letak posisi pendidikan. Pendidikan adalah suatu institusi pengkonservasian yang berupaya menjembatani dan memelihara warisan budaya suatu masyarakat sesuai dengan perubahan sosial.
              Dalam proses perubahan sosial, modifikasi yang terjadi seringkali tidak teratur dan tidak menyeluruh, meskipun sendi-sendi yang berubah itu saling berkaitan secara erat, sehingga melahirkan ketimpangan kebudayaan. Dikatakan pula olehnya bahwa cepatnya perubahan teknologi jelas akan membawa dampak luas ke seluruh institusi-institusi masyarakat sehingga munculnya kemiskinan, kejahatan, kriminalitas dan lain sebagainya merupakan dampak negatif yang tidak bisa dicegah.
              Untuk itulah pendidikan harus mampu melakukan analisis kebutuhan nilai, pengetahuan dan teknologi yang paling mendesak dapat mengantisipasi kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan.
              Dalam perkembangan ini, sistem pendidikan beranjak pesat menjadi institusi yang mempunyai “kedudukan penting” terutama dalam menopang perubahan sosial ekonomi (baik perubahan yang direncanakan maupun tidak), lalu pendidikan berkembang menjadi “jembatan” prestise dan status, selain juga tampil sebagai faktor utama mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal, baik intra maupun antargenerasi.

E.   PENDIDIKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN MASYARAKAT BARU
              Pendidikan telah dijadikan prioritas utama dan pertama dari banyak negara untuk dijadikan sebagai pondasi membangun masyarakat yang lebih demokratis, terbuka bagi perubahan-perubahan global dan menghadapi masyarakat digital.
a.    Arah Baru Pedagogik
              Di dalam perkembangannya, pedagogik terbatas kepada masalah-masalah mikro pendidikan, seperti perkembangan anak, proses belajar dan pembelajaran, fasilitas pendidikan, biaya pendidikan, manajemen pendidikan dan sebagainya. Di dalam perkembangannya dewasa ini, pedagogik ternyata tidak terlepas dari perubahan-perubahan sosial, politik dan ekonomi. Perubahan-perubahan sosial tersebut di atas telah membawa kepada suatu keperluan untuk memberikan orientasi baru terhadap pedagogik. Dengan demikian, pedagogik bukan hanya terbatas kepada ilmu mendidik dalam arti sempit, atau sekadar aplikasi ilmu jiwa pendidikan, tetapi juga membahas mengenai keberadaan manusia di dalam kebersamaan hidup yang  mengglobal bagi umat manusia serta suatu perubahan politik, ekonomi, dan sosial budaya.

b.    Pendidikan, Ekonomi, Politik, dan Kebudayaan
              Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Mengisolasikan pendidikan dari kebudayaan berarti melihat proses pendidikan di dalam ruang hampa. Pakar-pakar ekonomi juga pakar-pakar kebudayaan dan politik melihat betapa pendidikan merupakan aspek yang sangat strategis di dalam menyiapkan suatu tata kehidupan manusia yang baru.
              Dengan berkembangnya masyarakat menuju masyarakat modern yang perlu ditekankan adalah kemampuan memfilter budaya yang masuk, karena di zaman globalissi ini kita tidak mungkin menutup diri terhadap pengaruh kebudayaan. Bila hal ini sampai terjadi pada kita, kita sebagai manusia yang “gaptek’’ dan tidak dapat memenuhi tuntutan zaman. Peranan pendidikan merupakan faktor penentu dalam membangun dan memperkuat ketahanan kebudayaan.
c.    Pengembangan pendidikan
              Perubahan sosial dan budaya yang sangat cepat, menghendaki adanya pengembangan pendidikan yang sejalan dengan perubahan sosial tersebut. Di era globalisasi seperti sekarang ini, maka pendidikan harus mampu mengambil peran untuk menyiapkan suatu masyarakat yang mampu mengikuti perkembangan sosial.
Strategi pendidikan dalam menyongsong masa era globalisasi diantaranya :
1.    Pendidikan untuk pengembangan iptek   
2.    Pendidikan untuk pengembangan keterampilan managemen dan bahasa asing 
3.    Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, KB,dan kesehatan   
4.    Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai misalnya, fisafat agama dan ideologi 
5.    Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepelatihan misalnya pengelolaan pendidikan system formal dan nonformal untuk peningkatan mutu dan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat baru.


DAFTAR PUSTAKA
Tilaar, H.A.R. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ki Supriyoko. Materi kuliah Politik Pendidikan Nasional sessi ke-9 tema: Pendidikan Nasional Sebagai Pendorong Perubahan Sosial.
Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi, Teori,  dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya.
UU Guru & Dosen dan UU Sisdiknas. 2006. Wipress.
www. id.wikipedia.org


[1] www. id.wikipedia.org
[2] Ki Supriyoko. Materi kuliah Politik Pendidikan Nasional sessi ke-9 tema: Pendidikan Nasional Sebagai Pendorong Perubahan Sosial.
[3] H.A.R. Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia., hal 5.
[4] H.A.R. Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia., hal 6.

[5] Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi, Teori,  dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya., hal. 2
[6] UU Guru & Dosen dan UU Sisdiknas. 2006. Wipress., hal.58

Senin, 05 Agustus 2013

SETELAH HARI KEMENANGAN TIBA, SELESAIKAH JIHAD KITA?



Ramadhan 1434 H sebentar lagi berlalu. Apa yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan ini. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan perjuangan. Pada bulan ini, kita diberi kesempatan berjihad dengan pahala yang amat besaaaar, yaitu jihad melawan hawa nafsu yang tidak pernah lepas dari diri kita. Sebagaimana dinyatakan oleh rasulullah sesaat setalah pulang dari sebuah peperangan, “Kita baru saja pulang dari peperangan kecil, menuju peperangan besar” kemudian para sahabat bertanya “Ya rasulullah,.... masih akan adakah peperangan yang lebih besar lagi?” dan rasul pun menjawab “Ya,... yaitu perang melawan hawa nafsu.”
Selama bulan Ramadhan, kita telah mampu melawan hawa nafsu kita. Kini kita berada di penghujung Ramadhan, artinya bahwa sebentar lagi akan tiba Hari Kenenangan besar bagi umat islam. Hari dimana seluruh umat islam merayakan keberhasilannya setelah melaksanakan kewajiban Jihadnya.
Bagaikan anak sekolah, hari kemenangan anak sekolah adalah ketika di dinyatakan naik kelas atau lulus setelah melewati beberapa hari masa ujian. Pada saat ujian itu, seluruh waktu, perhatian, tenaga dan pikirannya terpusat pada satu hal, yaitu menjawab seluruh soal yang disiapkan oleh bapak / ibu gurunya. Akan tetapi sesungguhnya, kelulusan atau kenaikan kelas bukanlah hanya ditentukan oleh waktu yang hanya satu atau dua minggu saat ujian itu saja. Akan tetapi ditentukan oleh siswa itu sendiri selama proses pembelajaran satu tahun, atau bahkan selama dia menjadi siswa di sekolah itu.
Apakah setelah kenaikan kelas / kelulusan kemudian siswa tersebut sudah bebas ? Tidak, dia tetap harus belajar lebih giat lagi, karena jenjang pendidikannya menjadi lebih tinggi, sehingga tingkat pelajarannyapun semakin kompleks. Apabila ia terlena dengan kegembiraan atas kenaikan / kelulusannya, dia menjadi terlena dan tidak akan mampu mengikuti menghadapi ujian yang akan dilaksanakan setahun kemudian.
Jika ibadah Ramadhan kita berhasil, maka tingkat ketaqwaan kita pasti akan menjadi setingkat lebih tinggi dari sebelumnya, sebagaimana firman Allah :
 يــٰٓـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّـكُمْ تَتَّقُوْنَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (Q.S. Al-Baqarah : 183)
Mungkin tujuan ibadah Ramadhan kita berhasil. Mungkin kita menjadi lebih beriman dan bertaqwa kepada Allah. Akan tetapi sesungguhnya jihad kita belum selesai. Kita akan menghadapi sebelas bulan lagi kedepan untuk mempersiapkan diri menghadapi Jihad Ramadhan berikutnya.
Jihad selama sebelas bulan kedepan adalah jihad yang lebih berat daripada Jihad Ramadhan. Pada bulan Ramadhan, kita hanya berjuang melawan hawa nafsu kita tanpa dicampuri oleh bisikan-bisikan setan, karena pada bulan Ramadhan setan dibelenggu, sebagaimana sabda rasulullah :
إِذَا كَانَ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَة، وَغُلِقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسُلَتِ الشَّيَاطِيْن
“Jika bulan Ramadhan maka dibukalah pintu-pintu rahmat, ditutup pintu-pintu neraka dan setan dirantai.” (HR. Bukhori Muslim)
Semenjak bedug maghrib hari terakhir bulan Ramadhan bergema, maka semenjak itu setan kembali dibebaskan. Kesempatan kembali terbuka baginya untuk menggoda dan merayu kita. Akan tetapi kita tetap harus berusaha melawannya. Jangan pernah kita menjadi pengikutnya. Kita tidak boleh mengabdikan diri kita kepadanya, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰٓبَنِىٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Bukankah Aku telah memperingatkan kepada kalian wahai Bani Adam agar tidak menyembah setan! Sesungguhnya setan adalah musuh kalian yang nyata  (Q.S. Yasiin : 60)
Dengan demikian, sebelas bulan kedepan kita akan menghadapi setan yang berkolaborasi dengan hawa nafsu kita untuk kembali mengajak kepada jurang kemaksiatan dan meninggalkan perintah Allah. Apabila kita terlena dengan kemenangan yang kita kobarkan pada Hari Raya Idul Fitri, kita akan terlena dibuatnya. Kita akan kembali dikalahkan oleh setan dan hawa nafsu kita, sehingga hilanglah derajat taqwa yang telah kita capai.
Oleh karena itu, marilah kita sambut Hari Kemenangan yang hanya tinggal beberapa hari lagi ini dengan takbir, tahmid dan tahlil, serta diiringi dengan doa semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita sehingga kita mampu menjaga derajat taqwa yang telah kita capai. Marilah kita lengkapi juga kemenangan ini dengan membuka pintu maaf didalam hati kita, sehingga kita benar-benar menjadi orang yang bertaqwa dan kembali kepada fitrah.
Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir batin.
By : Kuswantoro

Selasa, 30 Juli 2013

PAK MENTERI, PAK GUBERNUR, BIARKAN KAMI YANG MEMPERBAIKINYA



Banyuasin, 30 Juli 2013
Jalan Palembang Tanjung Api-Api adalah satu-satunya akses menuju Pelabuhan Samudra Tanjung Api-Api yang terletak di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Pembangunan jalan dan pelabuhan ini menelan biaya yang tidak sedikit. Apabila dananya digunakan untuk membangun sebuah desa terpencil, maka desa itu pasti akan menjadi desa maju yang lengkap sarana prasarana dan fasilitasnya.
Pembangunan yang belum mencapai finish tersebut, sudah banyak mengalami kerusakan. Pada beberapa ruas jalan banyak yang berlubang dan hancur, terutama antara Desa Gasing dan Jalur 19. Sepanjang jalan ini nyaris tidak ada bagian jalan yang utuh. Cor betonnya sudah hancur, sehingga ketika musim kering menimbulkan debu yang menutupi pandangan mata. Dan ketika hujan, menjadi tempat genangan-genangan air.
Kondisi yang memprihatinkan ini menggugah hati warga di sekitar jalan tersebut untuk meluangkan waktu dan mencurahkan tenaganya guna berusaha menimbun lubang di jalan sepanjang ± 5 km tersebut dengan tanah. Dengan peralatan yang seadanya (cangkul dan karung/keranjang) mereka bekerja di bawah terik matahari yang penuh debu jalanan, atau ditengah guyuran hujan dan semburan lumpur jalan yang dilewati roda kendaraan. Memang,........... hasil dari pekerjaannya tidak begitu berarti. Pekerjaan mereka dalam seminggu, akan hilang hanya dalam waktu sekejap. Apalagi jika turun hujan, tanah timbunan mereka yang terkena air hujan akan terbuang oleh roda kendaraan-kendaraan bertonase besar.
Apakah mereka menyerah..........??????????
Tidak,....... mereka tidak pernah menyerah. Mereka tetap akan bekerja, bekerja dan bekerja lagi. Bahkan dalam hati mereka berdoa memohon, “Pak Menteri, Pak Gubernur, tolong jangan dipikir dulu jalan ini. Biarlah kami yang memperbaikinya.”
Ada apa dengan mereka ? Mengapa mereka begitu giat memperbaiki jalan yang rusak tersebut ? Apa yang mereka harapkan ?
Ternyata,...................!!!!!
Doc. 29 Juli 2013
Disamping mereka memperbaiki jalan, ada satu diantara mereka yang sengaja berdiri di tengah jalan sambil membawa baskom / ember. Mereka berharap belas kasihan dari para sopir kendaraan yang melintas. Terlihat beberapa sopir memberikan lembaran uang rupiah, ada yang seribuan, dua ribuan bahkan lima atau sepuluh ribuan. Tuluskah mereka bekerja ?? Ikhlaskah para sopir memberi imbalan? Sepadankah uang yang mereka terima dengan hasil kerjanya ? Sungguh ironis sekali. Beginikah cara pemerintah menciptakan lapangan kerja baru bagi rakyatnya ?

Yang lebih memprihatinkan ,.... diantara pekerja itu ternyata adalah anak-anak usia sekolah yang seharusnya sedang membaca buku pelajaran, mengerjakan tugas sekolah, atau bahkan bermain bersama teman-teman sebayanya. Ditengah terik matahari Ramadhan 1434 H, mereka mengorbankan waktu bahkan puasanya. Mereka relakan semuanya untuk mengambil alih pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab Pemerintah. Andaikan baskom/ember itu tidak berada ditangannya, dan mereka mengerjakan itu dengan ikhlas, pasti tidak akan ada orang yang beranggapan miring terhadap mereka.
(Analisa sebuah realita)