DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI

Kamis, 29 Mei 2014

GALAU ? Sholat solusinya



Kedamaian dan kebahagiaan adalah impian setiap orang. Di dunia ini, tak ada satu orangpun yang menginginkan hidupnya yang sengsara, terlebih kehidupan di akhirat kelak. Bagi umat islam, impian itu terwujud dalam setiap do’a yang senantiasa dilantunkan oleh seorang muslim sepanjang waktu yang dikenal dengan do’a sapu jagad, yakni :
رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى اْلاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka
Pada era globalisasi sekarang ini kita dihadapkan pada banyaknya problematika dalam hidup. Baik anak-anak maupun orang dewasa, para pemuda sampai orang-orang tua, rakyat jelata hingga pejabat negara, kaum duafa hingga kaum ningrat, bahkan dari kaum papa hinga konglomerat, buruh hingga juragan. Problema hidup yang kita hadapi masing-masing harus diselesaikan. Jangan pernah kita berusaha menghindari masalah, karena ketika kita menghindar dari masalah, suatu saat akan datang lagi masalah yang sama.
Banyak orang yang menganggap bahwa problema kehidupannya sebagai suatu cobaan / ujian dari Allah swt. Sebagian menjalaninya dengan sabar, tawakkal sambil tetap berusaha, sehingga akan menjadi orang yang bertambah imannya kepada Allah swt. Akan tetapi sebagian lagi lebih cenderung kepada meratapi kepedihan hidupnya, bahkan  menjadi orang yang stress dan semakin menjauh dari Allah (bahasa anak-anak muda GALAUUUU…..).
Apakah kita tergolong orang yang galau ?????
Adakah solusi untuk kita ?????
Allah swt telah mencontohkan bagaimana solusi bagi hamba-Nya yang sedang dirundung kesedihan. Mari kita ingat sedikit kisah rasulullah saw. sebelum beliau melakukan perjalanan panjang yang kita kenal dengan ISRA’ MI’RAJ. Setidaknya, ada tiga peristiwa penting yang melatar belakangi peristiwa Isra dan Mi'raj Nabi Saw.
Pertama, peristiwa boikot yang dilakukan kaum Quraisy kepada seluruh keluarga Bani Hasyim. Kaum Quraisy tahu bahwa sumber kekuatan rasulullah adalah keluarganya. Oleh karena itu untuk menghentikan dakwah rasulullah. sekaligus menyakitinya, mereka sepakat untuk tidak mengadakan perkawinan, transaksi jual beli dan berbicara dengan keluarga bani Hasyim. Mereka juga bersepakat untuk tidak menjenguk yang sakit dan mengantar yang meninggal dunia dari keluarga Bani Hasyim. Boikot ini berlangsung kurang lebih selama tiga tahun. Tentunya boikot selama itu telah mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan khususnya kepada rasulullah. dan umumnya kepada keluarga Bani Hasyim.
Kedua, peristiwa wafatnya paman beliau, Abu Thalib. Peristiwa ini menjadi sangat penting dalam perjalanan dakwah rasulullah. sebab Abu Thalib adalah salah satu paman beliau yang senantiasa mendukung dakwahnya dan melindungi dirinya dari kejahilan kaum Quraisy. Dukungan dan perlindungan Abu Thalib itu tergambar dari janjinya, " Demi Allah,…. mereka tidak akan bisa mengusikmu, kecuali kalau aku telah dikuburkan ke dalam tanah."  Janji Abu Thalib ini benar. Ketika ia masih hidup tidak banyak orang yang berani mengusik Nabi Muhammad Saw, namun setelah ia wafat kaum Quraisy menjadi lebih memiliki kesempatan untuk menyakitinya.
Ketiga, peristiwa wafatnya istri beliau, Siti Khadijah r.a. Peristiwa ini terjadi tiga hari setelah pamannya wafat. Siti Khadijah bagi rasulullah. bukan hanya seorang istri yang paling dicintai dan mencintai, tapi juga sebagai sahabat yang senantiasa mendukung perjuangannya baik material maupun spiritual, yang senantiasa bersama baik dalam keadaan suka maupun duka. Oleh karena itu, wafatnya Siti Khadijah menjadi pukulan besar bagi perjuangan rasulullah Saw.
Tiga peristiwa yang terjadi secara berurutan itu sangat berpengaruh pada perasaan Rasulullah Saw. ia sedikit sedih dan gundah gulana (galau). Ia merasakan beban dakwah yang ditanggungnya semakin berat. Oleh karena itu para sejarawan menamai tahun ini dengan ámul hujn (tahun kesedihan).
Dalam kondisi seperti itulah kemudian Allah Swt. mengundang rasulullah melalui peristiwa isra dan mi'raj.  Isra' dan mi'raj merupakan pengalaman keagamaan yang paling istimewa bagi Nabi Muhammad Saw. Puncaknya terjadi di Sidratul Muntaha. Muhammad Asad menafsirkan Sidratul Muntaha dengan lote-tree farthest limit (pohon lotus yang batasnya paling jauh). Pohon Lotus dalam tradisi Mesir kuno merupakan simbol kebijaksanaan (wisdom) dan kebahagiaan. Dengan demikian secara simbolik Sidratul Muntaha dapat diartikan sebagai puncak kebahagiaan dan kebijaksanaan. Hal tersebut sesuai dengan keadaan jiwa rasulullah yang sangat berbahagia dapat bertemu langsung dan berdialog dengan rabb yang sangat dicinatinya.
Isra dan mi'raj adalah salah satu mu'jizat Nabi Muhammad Saw. Artinya itu hanya diberikan kepadanya, tidak mungkin diberikan kepada manusia biasa. Hal terbesar yang diperoleh rasulullah pada saat isra’ mi’raj adalah perintah untuk mengerjakan sholat. Dengan demikian, bagi orang-orang beriman yang hendak mengikuti pengalaman rasulnya, dapat melakukan satu ibadah yang memiliki fungsi sama dengan Mi'raj yaitu shalat. "Shalat itu mi'rajnya orang yang beriman" sabdanya.
Secara bahasa shalat berarti do'a. Doa pada hakikatnya merupakan bentuk dialog antara manusia dengan Allah Swt. Ketika seseorang shalat, hakekatnya ia sedang bertemu dan berdialog dengan Allah Swt. Oleh karena itu secara hakiki fungsi shalat dan mi'raj sama yaitu bertemu dan berdialog dengan Allah Swt.
Pertemuan dan dialog rasulullah dengan Dzat penciptanya telah memberikan kedamaian, kebahagiaan dan kebijaksanaan dalam diri rasulullah. Dengan demikian, shalatnya seorang mukmin, diharapkan juga akan mampu menciptakan kedamaian dan kebahagiaan hati, sehingga akan mampu keluar dari setiap problematika hidupnya. Bukankah Allah swt telah berfirman :
لَايُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا اِلَّاوُسْعَهَا لَهَا مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ......
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya....... (Q.S. al-baqarah : 286)
Berdasarkan ayat tersebut di atas, maka tidak ada alasan bagi seorang mukmin untuk menyerah dan meratapi kemalangan yang menimpanya. Dan Allah telah menunjukkan jalan untuk mengatasinya. Oleh karena itu jangan pernah larut dalam kepedihan dan kegalauan hati…..!!!!!!!!! SHOLAT adalah solusinya.

Jumat, 23 Mei 2014

Persaingan Dalam Hidup



Sejak awal penciptaannya, kehidupan manusia tidak lepas dari adanya persaingan. Bahkan sejak dari sebelum manusia itu sendiri diciptakan oleh Allah. Para malaikat yang saat itu sudah terlebih dahulu diciptakan oleh Allah merasa bahwa kehadiran manusia yang hendak diciptakan Allah tersebut merupakan pesaing baginya. Mereka menyatakan rasa tidak setujunya atas rencana Allah menciptakan satu makhluk lagi yang bernama manusia, sebagaimana firman Allah swt :
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلـَٓـــئِكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى اْلاَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَاتَعْلَمُوْنَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: ”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Al-Baqarah:30)
Dengan penjelasan Allah, mereka akhirnya dapat menerima kehadiran manusia sebagai kholifah di bumi. Iblis yang merasa bahwa dirinya lebih baik dari Adam, tidak menerima keputusan Allah atas penciptaan dan penugasan Adam sebagai kholifah di bumi. Dan akhirnya tersingkirlah Iblis dari surga. Maka dimulailah persaingan antara iblis dengan manusia. Setelah Adam dan Hawa diciptakan, maka muncullah kesempatan iblis untuk menggelincirkan Adam dari surga. Dengan segala tipu dayanya, iblis merayu Adam untuk melanggar larangan Allah, yaitu makan buah Khuldi. Akhirnya Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga.
Persaingan antara Iblis dengan Adam belum berakhir. Bibit persaingan ini ditularkan oleh iblis kepada anak cucu Adam. Puncak persaingan antar manusia kala itu ditandai dengan pertikaian antara Habil dan Qobil untuk mendapatkan Iqlima sebagai istrinya. Pertikaian ini berujung pada kematian Habil.
Apakah dengan kematian Habil ini kemudian berakhir semua persaingan antar manusia? Tidak. Disetiap saat, selalu terjadi persaingan antar sesama manusia. Semenjak awal penciptaan Nabi Adam sampai akhir kehidupan dunia nanti, persaingan tidak akan pernah hilang. Bahkan pada era globalisasi dan modern saat ini, persaingan antar sesama manusia sudah merasuki setiap sendi kehidupan, baik itu di bidang pemerintahan, sosial, ekonomi, budaya, politik, keamanan, dan lain sebagainya.
Allah tidak melarang terjadinya persaingan tersebut. Tetapi tujuan akhir dari persaingan tersebut haruslah berujung pada meningkatnya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Sebagaimana firman Allah swt :
وَلَوْ شَآءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِ اِلَى اللهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu. (al-Maidah: 48).
Akan tetapi sayangnya, banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan tersebut. Banyak orang yang tidak lagi menggunakan etika dan moral dalam persaingan kehidupan. Padahal misi utama diutusnya rasulullah ke muka bumi adalah menyempurnakan moral atau akhlak manusia, sebagai mana sabda beliau :
قال النبي ص م : إِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الاَخْلَاقِ
Sesungguhnya aku diutus, (tiada lain, kecuali) supaya menyempurnakan akhlak yang mulia.
Persaingan hidup memang tidak akan pernah berakhir, tetapi hendaklah senantiasa mengedepankan moral, akhlak dan etika. Barang siapa yang ingin memenangkan perlombaan, hendaklah menang dengan elegan. Karena setiap kebohongan dan kecurangan pasti tidak akan pernah menimbulkan kebahagiaan dan kedamaian.

By : Kuswantoro, S.Pd.I.