DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI

Sabtu, 30 November 2013

Makalah pendidikan



PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

A.   PENDAHULUAN
              Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian yang kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Secara spesifik, dengan pendidikan peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dapat tercipta Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Pendidikan sangat mempengaruhi proses perubahan sosial suatu individu dalam bermasyarakat dan akhirnya pendidikan akan dapat membangun bangsa dan negara dengan segala peradabannya.
              Di era globalsasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sedemikian pesat. Ekonomi  mengalami pasang surut berganti-ganti sulit diprediksi. Kontelasi kekuasaan politik juga berubah-ubah. Kita sudah tidak lagi hidup dengan anggapan lama yaitu tentang dunia yang teratur dan harmonis, melainkan hidup dalam tidak keteraturan dan kecenderungan mengedepankan kepentingan individu dan golongan. Jadi hal semacam hanya dapat diatasi oleh orang-orang yang pikirannya terbuka dan orang yang selalu belajar untuk hal-hal baru.
              Pendidikan bukanlah untuk menciptakan orang-orang yang siap pakai. Generasi yang diharapkan terbentuk dari suatu sistem pendidikan bukanlah generasi yang siap bekerja sebagaimana misi sekolah kejuruan. Pendidikan harus mampu membekali peserta didiknya untuk menjadi generasi yang siap menghadapi segala bentuk perubahan, serta generasi yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Bahkan pendidikan harus memapu menjadi agent of change yaitu suatu perantara terhadap adanya perubahan kultur dan budaya.
              Dengan demikian, sekolah di tingkat manapun yang tetap menjalankan pendidikan dengan orientasi siap pakai untuk para pelajarnya tidak akan berhasil untuk mengemban misi sebagai agent of change tetapi sekedar consumer of change dalam mengantisipasi masa depan (menuju masyarakat modern).
B.   PENDIDIKAN
              Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi antara manusia dewasa  dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.
              Pendidikan sering disebut ilmu normatif, yaitu ilmu yang mendiskripsikan, menjelaskan dan memberitahukan kepada orang lain untuk mencapai sesuatu yang ideal. Pendidikan mempunyai beberapa unsur dasar aktivitas pendidikan, yaitu :
1.    Yang mendidik dan yang menerima pendidikan, maksudnya pendidikan akan terlaksana jika ada orang yang memberikan didikan yang baik kepada orang lain baik sengaja maupun tidak sengaja, dan orang lain itu menerimanya.
2.    Pendidikan bertujuan yang baik, yaitu  perkembangan kepentingan yang menerima agar anak pandai, cerdas, toleransi, berkepribadian, dan luhur serta ahli dalam berbagai bidang.
3.    Cara atau jalan yang baik artinya, baik dalam cara atau jalan yang menerima (subyek-didik) dan dapat pula terkait pada hakikat yang, memberi (pendidik) serta yang diterima (didikan) pada hal-hal yang baik.
4.    Konteks yang positif artinya, sustu konteks yang berupaya menyisihkan negatif merubahnya menjadi posisitif.
              Dari unsur-unsur tersebut dapat dirumuskan pendidikan sebagai aktivitas interaksi antara pendidik dan subyek didik untuk mencapai tujuan yang baik dengan cara baik dalam konteks hal yang positif.
              Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 telah ditetapkan bahwa ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

C.   PERUBAHAN SOSIAL
              Perubahan sosial adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
              Perubahan sosial terjadi karena beberapa faktor, di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
              Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain, perkembangan IPTEK yang lambat, sifat masyarakat yang sangat tradisional, ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat, prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru, rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan, hambatan ideologis, dan pengaruh adat atau kebiasaan.[1]
              Manusia adalah faktor utama terjadinya sebuah perubahan. Pada dasarnya, manusia tak lepas dari perkembangan individu baik karena pergumulan/interaksi antar sesama maupun proses belajar atau pun mengajar. Contohnya:  ketika kita mengenal komputer, maka kita gunakan komputer sebagai alat menulis yang sebelumnya menggunakan mesin ketik manual. Dalam hal ini terjadi perubahan seseorang setelah dia mengenal komputer dia meninggalkan mesin ketik manual.



1.    Teori-teori Perubahan Sosial
·           Linear Theory: melalui tahapan-tahapan (stage) dan selalu menuju ke depan; misalnya adanya perubahan masyarakat, dari masyarakat buta huruf menjadi masyarakat melek huruf.
·           Spiralic Theory: melalui pengulangan-pengulangan diiringi kematangan didalamnya; misalnya pandangan masyarakat dalam berpolitik dengan sistem multipartai.
·           Cyclical Theory: melalui putaran panjang yang pada suatu saat menemukan track yang pernah dilalui; misalnya kembalinya masyarakat Barat kepada hal-hal yang natural dalam pengobatan, keyakinan, dsb.
·           Teori Historis: Kemajuan masyarakat mengacu masyarakat maju berdasar jamannya. Episentrumnya berpindah-pindah; dari Sungai Indus (India), Sungai Yang Tse (Cina), Lembah Sungai Nil (Mesir), Yunani-Romawi, Eropa Barat, Amerika Utara, sampai Jepang.
·           Teori Relativisme: Kemajuan masyarakat mengacu masyarakat Barat, khususnya AS. Episentrumnya Barat. Modernisasi = westernisasi. Kriteria: teknologi maju, organisasi sosial mendukung, ekonomi maju, dan politik mapan.
·           Teori Analitik: Kemajuan masyarakat ditandai dari berbagai aspek: ekonomi, politik, keluarga, mobilisasi sosial, dan agama yang semuanya itu bertumpu pada perkembangan iptek (pendidikan).[2]
              Teori-teori ini memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk perubahan sosial (sosial change) yang terjadi di masyarakat. Misalnya Linear Theory, dengan melalui beberapa tahap menuju ke depan, atau menuju perubahan yang lebih baik. Contohnya perubahan masyarakat yang awalnya buta huruf menjadi melek huruf setelah adanya pendidikan.



2.    Perubahan Sosial di tinjau dari Pedagogik (pendidikan)
       a.     Perubahan Sosial ditinjau dari Pedagogik tradisional
              Pertama-tama, kita lihat pedagogik tradisional memandang lembaga pendidikan sebagai salah satu dari struktur sosial dan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan seperti sekolah  perlu disiapkan agar lembaga tersebut berfungsi sesuai dengan perubahan sosial yang terjadi. Apabila lembaga sekolah tidak dapat mengikuti perubahan sosial maka dia kehilangan fungsinya dan kemungkinan besar dia ditinggalkan masyarakat. [3]
              Sebagai lembaga sosial, maka proses belajar di dalam sekolah haruslah disesuaikan pula dengan fungsi dan peranan lembaga pendidikan. Fungsi sekolah ialah mentransmisikan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat dan kebudayaan pada saat itu. Di dalam pedagogik tradisional, tempat individu adalah sebagai obyek perubahan sosial. Individu tersebut mempelajari peranan yang baru di dalam kehidupan sosial yang berubah. Sekolah adalah tempat yang memperoleh legitimasinya dari kehidupan masyarakat atau pemerintah yang mempunyainya.
       b.    Perubahan Sosial ditinjau dari Pedagogik Modern (pedagogik transformatif)
              Titik tolak dari pedagogik transformatif ialah “individu-yang-menjadi.” Apa artinya individu-yang-menjadi? Hal ini berarti seorang individu hanya dapat berkembang di dalam interaksinya dengan tatanan kehidupan sosial budaya di mana dia hidup. Individu tidak dapat berkembang apabila diisolasikan dari dunia sosial budaya di mana dia hidup. Hal ini berarti adanya suatu pengakuan peran aktif partisipatif dari individu yang terjadi dalam tatanan kehidupan sosial dan budayanya. Individu bukanlah sekedar menerima nilai-nilai tersebut, akan tetapi nilai-nilai tersebut hanya dapat dimilikinya melalui peranannya yang aktif partisipatif di dalam aktivitas sosial budaya dalam lingkungannya. Jadi, berbeda dengan pandangan pedagogik tradisional yang melihat individu sebagai suatu makhluk yang pasif reaktif, yang hanya berkembang karena pengaruh-pengaruh dari luar, termasuk pengaruh dari perubahan sosial yang terjadi dalam lingkungannya.
              Pandangan pedagogik transformatif terhadap individu bukanlah sebagai sesuatu yang telah jadi, tetapi yang sedang menjadi. Individu mempunyai peran emansipatif di dalam kehidupan sosial budaya, termasuk melalui proses pendidikan dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Di dalam peranannya yang emansipatif tersebut maka individu bukan hanya sebagai obyek dari perubahan sosial, tetapi sekaligus pula berperan sebagai faktor dari pengubah dan pengarah dari perubahan sosial.[4] Atau agen of change (individu-individu pengubah).
              Dalam pendidikan transformatif, peserta didiklah yang berperan terjadinya perubahan dalam diri mereka. Adapun peran guru hanyalah sebagai pendorong dan motivator.  Dalam hal ini, kita ingat filosofi Ki Hadjar Dewantara yang berbunyi: Tut Wuri Handayani artinya dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Hal ini mempunyai makna yang kuat tentang peran dan fungi guru. Para guru perlu berperan sebagai pendorong atau motivator. Mereka juga perlu berperan sebagai pengarah atau pembimbing yang tidak membiarkan peserta didik melakukan hal yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian, para guru perlu menjadi fasilitator agar dorongan dan bimbingan dapat terwujud dalam perubahan perilaku peserta didik.[5]
3.    Pendidikan Nasional sebagai Pendorong Perubahan Sosial
              Dalam Undang-Undang Sisdiknas 2003 Pasal 3 dikatakan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.[6]
              Dalam UU Sisdiknas di atas, nampak bahwa fungsi pendidikan nasional sebagai salah satu faktor perubahan sosial atau pengembangan potensi/kompetensi peserta didik. Perubahan-perubahan tersebut adalah :
a.    pengembangan kemampuan (baik intelektual maupun interaksi sosial)
b.    pembentukan watak
c.    pembentukan peradaban bangsa yang bermartabat di mata bangsa lain.
d.    mencerdaskan kehidupan bangsa.
e.    mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

D.   HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
              Sejalan dengan penjelasan perubahan sosial di atas maka sebenarnya di manakah letak posisi pendidikan. Pendidikan adalah suatu institusi pengkonservasian yang berupaya menjembatani dan memelihara warisan budaya suatu masyarakat sesuai dengan perubahan sosial.
              Dalam proses perubahan sosial, modifikasi yang terjadi seringkali tidak teratur dan tidak menyeluruh, meskipun sendi-sendi yang berubah itu saling berkaitan secara erat, sehingga melahirkan ketimpangan kebudayaan. Dikatakan pula olehnya bahwa cepatnya perubahan teknologi jelas akan membawa dampak luas ke seluruh institusi-institusi masyarakat sehingga munculnya kemiskinan, kejahatan, kriminalitas dan lain sebagainya merupakan dampak negatif yang tidak bisa dicegah.
              Untuk itulah pendidikan harus mampu melakukan analisis kebutuhan nilai, pengetahuan dan teknologi yang paling mendesak dapat mengantisipasi kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan.
              Dalam perkembangan ini, sistem pendidikan beranjak pesat menjadi institusi yang mempunyai “kedudukan penting” terutama dalam menopang perubahan sosial ekonomi (baik perubahan yang direncanakan maupun tidak), lalu pendidikan berkembang menjadi “jembatan” prestise dan status, selain juga tampil sebagai faktor utama mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal, baik intra maupun antargenerasi.

E.   PENDIDIKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN MASYARAKAT BARU
              Pendidikan telah dijadikan prioritas utama dan pertama dari banyak negara untuk dijadikan sebagai pondasi membangun masyarakat yang lebih demokratis, terbuka bagi perubahan-perubahan global dan menghadapi masyarakat digital.
a.    Arah Baru Pedagogik
              Di dalam perkembangannya, pedagogik terbatas kepada masalah-masalah mikro pendidikan, seperti perkembangan anak, proses belajar dan pembelajaran, fasilitas pendidikan, biaya pendidikan, manajemen pendidikan dan sebagainya. Di dalam perkembangannya dewasa ini, pedagogik ternyata tidak terlepas dari perubahan-perubahan sosial, politik dan ekonomi. Perubahan-perubahan sosial tersebut di atas telah membawa kepada suatu keperluan untuk memberikan orientasi baru terhadap pedagogik. Dengan demikian, pedagogik bukan hanya terbatas kepada ilmu mendidik dalam arti sempit, atau sekadar aplikasi ilmu jiwa pendidikan, tetapi juga membahas mengenai keberadaan manusia di dalam kebersamaan hidup yang  mengglobal bagi umat manusia serta suatu perubahan politik, ekonomi, dan sosial budaya.

b.    Pendidikan, Ekonomi, Politik, dan Kebudayaan
              Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Mengisolasikan pendidikan dari kebudayaan berarti melihat proses pendidikan di dalam ruang hampa. Pakar-pakar ekonomi juga pakar-pakar kebudayaan dan politik melihat betapa pendidikan merupakan aspek yang sangat strategis di dalam menyiapkan suatu tata kehidupan manusia yang baru.
              Dengan berkembangnya masyarakat menuju masyarakat modern yang perlu ditekankan adalah kemampuan memfilter budaya yang masuk, karena di zaman globalissi ini kita tidak mungkin menutup diri terhadap pengaruh kebudayaan. Bila hal ini sampai terjadi pada kita, kita sebagai manusia yang “gaptek’’ dan tidak dapat memenuhi tuntutan zaman. Peranan pendidikan merupakan faktor penentu dalam membangun dan memperkuat ketahanan kebudayaan.
c.    Pengembangan pendidikan
              Perubahan sosial dan budaya yang sangat cepat, menghendaki adanya pengembangan pendidikan yang sejalan dengan perubahan sosial tersebut. Di era globalisasi seperti sekarang ini, maka pendidikan harus mampu mengambil peran untuk menyiapkan suatu masyarakat yang mampu mengikuti perkembangan sosial.
Strategi pendidikan dalam menyongsong masa era globalisasi diantaranya :
1.    Pendidikan untuk pengembangan iptek   
2.    Pendidikan untuk pengembangan keterampilan managemen dan bahasa asing 
3.    Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, KB,dan kesehatan   
4.    Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai misalnya, fisafat agama dan ideologi 
5.    Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepelatihan misalnya pengelolaan pendidikan system formal dan nonformal untuk peningkatan mutu dan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat baru.


DAFTAR PUSTAKA
Tilaar, H.A.R. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ki Supriyoko. Materi kuliah Politik Pendidikan Nasional sessi ke-9 tema: Pendidikan Nasional Sebagai Pendorong Perubahan Sosial.
Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi, Teori,  dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya.
UU Guru & Dosen dan UU Sisdiknas. 2006. Wipress.
www. id.wikipedia.org


[1] www. id.wikipedia.org
[2] Ki Supriyoko. Materi kuliah Politik Pendidikan Nasional sessi ke-9 tema: Pendidikan Nasional Sebagai Pendorong Perubahan Sosial.
[3] H.A.R. Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia., hal 5.
[4] H.A.R. Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia., hal 6.

[5] Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi, Teori,  dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya., hal. 2
[6] UU Guru & Dosen dan UU Sisdiknas. 2006. Wipress., hal.58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar