DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI

Kamis, 16 April 2015

Khutbah Jumat : BERPRASANGKA BURUK

اِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِااللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللّهُمَّ صَلِّى عَلىَ مُحَمَّد وَعَلَى آلِهِ وَصَحـْبِهِ اَجْمَعِيْنَ.
إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُونَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ, وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً, وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ, إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
قال الله تعالى : ]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ, إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ, وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ, وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ[
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat yang beriman untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah azza wajalla. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama berusaha untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan dan keimanan kita kepada Allah swt. yaitu ketaqwaan yang mampu mendorong terbentuknya hubungan yang baik antara kita sebagai makhluk dengan Allah sebagai sang kholik, dan juga antara kita sesama makhluk. Dengan hubungan yang baik ini tentu diharapkan akan dapat membawa kita untuk mencapai keselamatan, baik semasa hidup di dunia ini maupun hingga di kehidupan akhirat kelak.
Hadirin sidang jumat yang dirahmati Allah swt.
Dalam kaitan dengan hubungan terhadap sesama manusia, tidak jarang terjadi batu sandungan yang dapat merusak keharmonisannya. Satu diantaranya adalah kebiasaan berprasangka buruk.
Di dalam bahasa Arab prasangka buruk disebut su’uzhan, artinya berfikiran negatif terhadap Allah dan Rasul-Nya dan juga menyangka yang tidak baik serta curiga kepada orang lain tanpa alasan. Ketika melihat tetangganya sukses, muncul dugaan bahwa dia mendapatkannya dengan cara yang tidak halal. Ketika melihat orang lain rajin beribadah kepada Allah, dianggap bahwa ibadahnya semata-mata untuk dipuji oleh orang lain. Jika diajak untuk bersedekah, muncul kekhawatiran kalau tidak disampaikan kepada yang berhak menerimanya. Dan lain sebagainya, intinya setiap diajak atau melihat kebaikan, dia selalu memandang dari sisi negatifnya.
Tetapi jika dibiarkan atau tidak diajak untuk berbuat apa-apa, dia juga akan beranggapan bahwa dia telah dikucilkan, tidak dianggap lagi, bahkan ketika dirinya ditimpa kemalangan, dia akan menganggap orang lain sebagai penyebabnya, dan fikiran-fikiran negatif lainnya. Tidak pernah dia memandang sesuatu dari sisi positifnya. Kebiasaan seperti ini merupakan sebagian dari penyakit hati yang sering menyerang kita.
Padahal, Allah secara nyata melarang adanya prasangka buruk (suudhon) tersebut. Sebagaimana firman-Nya dalam surat al-hujurrat ayat 12 pada muqodimah di atas, yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari berprasangka (kecurigaan), Karena sebagian dari berprasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang
Ayat diatas berisi seruan bagi kaum muslimin untuk saling menjaga harga diri dan tidak memberikan peluang sedikitpun bagi prasangka buruk bercokol dalam hati. Seorang mukmin tidak pantas merobek-robek harga diri dan kehormatan orang lain hanya karena sebuah prasangka atau issu yang beredar. 
Prasangka buruk memang sering menjadi penyebab retaknya hubungan silaturahmi antar sesama kita. Banyak rumah tangga yang tidak mencapai tataran sakinah, mawadah warohmah yang diakibatkan adanya kecurigaan salah satu pasangan suami istri. Kerukunan hidup dalam bertetangga juga sering rusak oleh adanya prasangka negatif antar sesama tetangga.
Bahkan pada tingkatan yang lebih luas lagi, kehidupan bernegara saat ini jauh dari harapan kita untuk hidup makmur, sejahtera dan merasakan tegaknya keadilan. Hal ini disebabkan kurangnya rasa saling percaya antar sesama, antara rakyat dengan pemimpinnya, bahkan kurangnya kepercayaan antar sesama penegak hukum dan penyelenggara negara.
Oleh karena itu, untuk mencapai kerukunan dan ketenteraman dalam pergaulan hidup kita, maka jangan pernah memberi kesempatan atau bahkan memelihara sifat buruk sangka ini berkembang dalam diri kita. Rasulullah melarang kita berprasangka, karena prasangka itu lebih dusta dari pembicaraan. Dalam sebuah Hadits Rasulullah Saw bersabda :

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
 إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث )متفق عليه(
Artinya : “Dari Abu Hurairah ia berkata telah bersabda Rasululloh.” Jauhkanlah diri kamu daripada sifat berprasangka (buruk) karena berprasangka (buruk) itu sedusta-dusta pembicaraan, (hati)”. (HR. Muttafaq Alaih)
Memang kita tidak mungkin terhindar dari peluang bernuruk sangka dan informasi tentang aib atau keburukan orang lain. Namun dalam hal demikian, tidak selayaknya kita begitu saja mempercayainya. Apalagi kita lalu menghakimi secara sepihak, bahkan kemudian menyebarkan kecurigaan kita itu kepada orang lain.  Sebagai orang yang beriman, hendaknya kita pandai memilah dan memilih setiap informasi yang kita terima, sehingga kita tidak terjerumus ke dalam kecurigaan semata. Allah swt. melarang kita mempercayai dan mengikuti sesuatu yang kita sendiri belum mengetahui yang sebenarnya, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Isra’ ayat 36 :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.
Ma’a syirol muslimin rohimakumullah,
Apapun yang kita dengar, kita lihat, dan yang terbersit dalam hati kita, kita harus dapat mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah swt. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama berusaha membiasakan diri berbaik sangka, baik kepada sesama, kepada diri sendiri, apalagi kepada Allah swt. Dengan membiasakan diri berbaik sangka, insya allah sifat prasangka buruk (suudhon) tidak akan lagi hinggap di dalam hati kita. Semoga Allah meridhoi kita.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ, لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar