الحمدُ للهِ العَزِيزِ الغَفَّارِ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى
النَّهَارِ، أَمَرَنَا بِحُسْنِ الْجِوَارِ، وَأَثَابَنَا عَلَى ذٰلِكَ مَنَازِلَ
اْلأَبْرَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ
لَهُ، يُجَازِي مَنْ أَحْسَنَ إِلَى الْجَارِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، فَاللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى آلِهِ الْكِرَامِ الأَطْهَارِ ، وعَلَى أَصْحَابِهِ
الْبَرَرَةِ الْأَخْيَارِ، وعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِـاِحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الْقِرَارِ.
أَمَّا بعدُ: فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى
اللهِ، قالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ
وَاخْشَوْا يَوْماً لاَّ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ, وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ
جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئاً
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...
Kemuliaan manusia disisi Allah adalah dipandang dari segi ketakwaannya
kepada Allah, oleh karena itu marilah kita meningkatkan kualitas takwa kita
kepada-Nya agar kita senantiasa terhindar dari hal-hal yang dapat menjerumuskan
kita ke lembah kehinaan. Kecelakaan besar bagi kita, jika Allah telah
menghinakan kita. Apalagi jika ditambah dengan kehinaan dimata manusia.
Hadirin sidang jumat yang berbahagia,
Kita adalah salah satu makhluk Allah yang dalam kehidupannya lebih menyukai
hidup berkelompok. Di dunia hewan dan tumbuhan, kelompok itu disebut dengan
koloni, sedangkan dalam kehidupan kita, kelompok itu disebut dengan masyarakat.
Masyarakat terbentuk atas tujuan yang sama, yakni menuju ketenteraman dan
kesejahteraan anggotanya. Hal ini sejalan dengan tujuan berdirinya negara kita yang baru beberapa hari kita peringati
proklamasinya yaitu untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Akan tetapi, kesejahteraan itu tidak akan pernah terwujud jika sesama anggota
masyarakat, sesama tetangga tidak saling membantu. Yang kuat hendaknya
membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, yang
lapang membantu yang sempit, dan seterusnya, dan seterusnya karena memang sudah
menjadi kodrat bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Kita mungkin
mempunyai kelebihan di satu sisi, tapi tentu kita juga punya kekurangan di sisi
yang lain. Di satu sisi kita memiliki keahlian melakukan sesuatu, tetapi disisi
lain tentu kita membutuhkan orang lain untuk melakukannya. Pendek kata, kita
tidak akan pernah bisa lepas dari ketergantungan kita terhadap masyarakat dan
tetangga kita.
Tetangga adalah orang-orang terdekat di
sekitar kita, yang senantiasa akan menjadi orang pertama yang menjadi tujuan
kita ketika kita membutuhkan pertolongan. Maka sudah selayaknya jika kita harus
menjalin hubungan baik dengan sesama tetangga. Tidak pantas bila kita menyakiti hati mereka, apalagi dengan sombongnya
kita berkata bahwa saya tidak bakal membutuhkan dia. Sebagai orang yang beriman
kepada Allah, maka sudah seharusnya kita berbuat baik kepada tetangga.
Rasulullah saw pernah bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah berbaik-baik kepada tetangganya.
Hadirin
rohimakumullah,......
Tetangga adalah sosok yang
memiliki hak yang wajib untuk ditunaikan dan tidak boleh dilalaikan. Tetangga adalah
seluruh orang yang tinggal berdampingan dengan kita, siapapun ia. Mereka
memiliki hak yang wajib ditunaikan sesuai dengan tingkatan mereka. Dan
tingkatan mereka itu tergantung pada kedekatan, kekerabatan, agama, dan
akhlaknya. Maka hendaknya setiap mereka diberikan haknya sesuai dengan kadar
tingkatan tersebut. Tetangga yang tinggal berdampingan dengan kita tentu tidak
sama dengan tetangga yang jauh dari kita, tetangga yang juga sekaligus adalah
keluarga kita, tidak sama dengan tetangga yang bukan keluarga, tetangga yang
seagama tidak sama dengan tetangga yang beragama lain.
Dan, perlu diingat bahwa selain orang-orang
yang hidup berdampingan dengan kita di tempat tinggal kita, masuk pula dalam
kategori tetangga yaitu orang-orang yang bersama kita di tempat mana kita
berada; di tempat kerja, di pasar, di masjid, di dalam perjalanan, di tempat
belajar, dan lain-lain. Bahkan sebuah negara, pun memiliki negara tetangga yang
lain. Dan kita dianjurkan untuk
memuliakan tetangga dan menjaga serta menunaikan hak-haknya.
Betapa Allah
menganjurkan kita untuk menjaga hak-hak tetangga tersebut, bahkan perintah Allah agar kita berbuat baik dengan tetangga, disambungkan dengan perintah ibadah dan tauhid-Nya, serta berbuat bakti kepada kedua
orang tua, anak yatim dan kerabat, sebagaimana firmanNya:
وَاعْبُدُوا
اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي
الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ
الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ
وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ, إِنَّ اللهَ
لاَيُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
(Annisaa’:36)
Terkadang tanpa
kita sadari, bukannya kita berbuat baik kepada tetangga, bahkan justru kita
mengganggu hak-haknya dan memancing timbulnya permusuhan dengan tetangga.
Banyak orang yang dengan begitu mudahnya mengambil barang milik tetangganya
(meskipun kecil nilainya) tanpa seizin pemiliknya. Mungkin pemiliknyapun memang
merelakannya, akan tetapi meminta izin dan ridhonya tentu akan lebih baik.
Sebagian dari
kita juga dengan mudahnya menanam pepohonan besar di dekat batas dengan
tetangga, sehingga jika buahnya jatuh maka akan terjatuh di tanah tetangga. Hal
yang sepele ini, terkadang juga bisa menjadi penyebab retaknya hubungan baik
dengan tetangga.
Jangan juga
diantara kita melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu hak-hak
tetangga, misalnya bermain dan membuat kegaduhan hingga larut malam,
membunyikan musik dengan keras-keras, bahkan memperdengarkan alunan al-qur’an
pun menjadi tidak baik jika mengganggu ketenteraman tetangganya, maka dapat
dikatakan bahwa kita telah berbuat dholim kepadanya.
Sungguh tetangga yang ndolim akan
dijauhkan dari nikmatnya iman. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Demi Allah, tidak
beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman!” Nabi ditanya,
“Siapa, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab,”Yaitu orang yang tetangganya tidak
merasa tentram karena perbuatannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Bahkan bagi
tetangga yang ndolim, bukan hanya kehilangan nikmat iman, tetapi semua
amalannya pun akan menjadi sia-sia dan dijauhkan dirinya dari surga. Pernah
ditanyakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ada seorang yang senantiasa bangun malam dan berpuasa, berbuat baik
dan bersedekah, tetapi dia senantiasa menyakiti hati tetangganya.”
Rasulullah pun
menjawab, “Tiada
kebaikan baginya, dan dia termasuk penghuni neraka.”
Kemudian para
sahabat berkata, “Ada orang lain yang selalu mengerjakan shalat wajib,
bersedekah dengan susu yang dikeringkan dan dia tidak pernah menyakiti satu
orang pun dari tetangganya.”
Maka Rasulullah
menajwab, “Dia
itu termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari)
Semoga kita dapat berbaik-baik dengan tetangga
agar dapat membangun sebuah masyarakat yang kuat dan bermartabat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ, لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.