DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI

Sabtu, 22 Agustus 2015

Khutbah Jumat : Menjaga Hak-hak Tetangga



الحمدُ للهِ العَزِيزِ الغَفَّارِ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارِ، أَمَرَنَا بِحُسْنِ الْجِوَارِ، وَأَثَابَنَا عَلَى ذٰلِكَ مَنَازِلَ اْلأَبْرَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، يُجَازِي مَنْ أَحْسَنَ إِلَى الْجَارِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، فَاللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى آلِهِ الْكِرَامِ الأَطْهَارِ ، وعَلَى أَصْحَابِهِ الْبَرَرَةِ الْأَخْيَارِ، وعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِـاِحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الْقِرَارِ.
أَمَّا بعدُ: فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، قالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْماً لاَّ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ, وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئاً


Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...
Kemuliaan manusia disisi Allah adalah dipandang dari segi ketakwaannya kepada Allah, oleh karena itu marilah kita meningkatkan kualitas takwa kita kepada-Nya agar kita senantiasa terhindar dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kita ke lembah kehinaan. Kecelakaan besar bagi kita, jika Allah telah menghinakan kita. Apalagi jika ditambah dengan kehinaan dimata manusia.
Hadirin sidang jumat yang berbahagia,
Kita adalah salah satu makhluk Allah yang dalam kehidupannya lebih menyukai hidup berkelompok. Di dunia hewan dan tumbuhan, kelompok itu disebut dengan koloni, sedangkan dalam kehidupan kita, kelompok itu disebut dengan masyarakat. Masyarakat terbentuk atas tujuan yang sama, yakni menuju ketenteraman dan kesejahteraan anggotanya. Hal ini sejalan dengan tujuan berdirinya negara kita yang baru beberapa hari kita peringati proklamasinya yaitu untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Akan tetapi, kesejahteraan itu tidak akan pernah terwujud jika sesama anggota masyarakat, sesama tetangga tidak saling membantu. Yang kuat hendaknya membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, yang lapang membantu yang sempit, dan seterusnya, dan seterusnya karena memang sudah menjadi kodrat bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Kita mungkin mempunyai kelebihan di satu sisi, tapi tentu kita juga punya kekurangan di sisi yang lain. Di satu sisi kita memiliki keahlian melakukan sesuatu, tetapi disisi lain tentu kita membutuhkan orang lain untuk melakukannya. Pendek kata, kita tidak akan pernah bisa lepas dari ketergantungan kita terhadap masyarakat dan tetangga kita.
Tetangga adalah orang-orang terdekat di sekitar kita, yang senantiasa akan menjadi orang pertama yang menjadi tujuan kita ketika kita membutuhkan pertolongan. Maka sudah selayaknya jika kita harus menjalin hubungan baik dengan sesama tetangga. Tidak pantas bila kita menyakiti hati mereka, apalagi dengan sombongnya kita berkata bahwa saya tidak bakal membutuhkan dia. Sebagai orang yang beriman kepada Allah, maka sudah seharusnya kita berbuat baik kepada tetangga.
Rasulullah saw pernah bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbaik-baik kepada tetangganya.
Hadirin rohimakumullah,......
Tetangga adalah sosok yang memiliki hak yang wajib untuk ditunaikan dan tidak boleh dilalaikan. Tetangga adalah seluruh orang yang tinggal berdampingan dengan kita, siapapun ia. Mereka memiliki hak yang wajib ditunaikan sesuai dengan tingkatan mereka. Dan tingkatan mereka itu tergantung pada kedekatan, kekerabatan, agama, dan akhlaknya. Maka hendaknya setiap mereka diberikan haknya sesuai dengan kadar tingkatan tersebut. Tetangga yang tinggal berdampingan dengan kita tentu tidak sama dengan tetangga yang jauh dari kita, tetangga yang juga sekaligus adalah keluarga kita, tidak sama dengan tetangga yang bukan keluarga, tetangga yang seagama tidak sama dengan tetangga yang beragama lain.
Dan, perlu diingat bahwa selain orang-orang yang hidup berdampingan dengan kita di tempat tinggal kita, masuk pula dalam kategori tetangga yaitu orang-orang yang bersama kita di tempat mana kita berada; di tempat kerja, di pasar, di masjid, di dalam perjalanan, di tempat belajar, dan lain-lain. Bahkan sebuah negara, pun memiliki negara tetangga yang lain. Dan kita dianjurkan untuk memuliakan tetangga dan menjaga serta menunaikan hak-haknya.
Betapa Allah menganjurkan kita untuk menjaga hak-hak tetangga tersebut, bahkan perintah Allah agar kita berbuat baik dengan tetangga, disambungkan dengan perintah ibadah dan tauhid-Nya, serta berbuat bakti kepada kedua orang tua, anak yatim dan kerabat, sebagaimana firmanNya:
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ, إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Annisaa’:36)
Terkadang tanpa kita sadari, bukannya kita berbuat baik kepada tetangga, bahkan justru kita mengganggu hak-haknya dan memancing timbulnya permusuhan dengan tetangga. Banyak orang yang dengan begitu mudahnya mengambil barang milik tetangganya (meskipun kecil nilainya) tanpa seizin pemiliknya. Mungkin pemiliknyapun memang merelakannya, akan tetapi meminta izin dan ridhonya tentu akan lebih baik.
Sebagian dari kita juga dengan mudahnya menanam pepohonan besar di dekat batas dengan tetangga, sehingga jika buahnya jatuh maka akan terjatuh di tanah tetangga. Hal yang sepele ini, terkadang juga bisa menjadi penyebab retaknya hubungan baik dengan tetangga.
Jangan juga diantara kita melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu hak-hak tetangga, misalnya bermain dan membuat kegaduhan hingga larut malam, membunyikan musik dengan keras-keras, bahkan memperdengarkan alunan al-qur’an pun menjadi tidak baik jika mengganggu ketenteraman tetangganya, maka dapat dikatakan bahwa kita telah berbuat dholim kepadanya.
Sungguh tetangga yang ndolim akan dijauhkan dari nikmatnya iman. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman!” Nabi ditanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab,”Yaitu orang yang tetangganya tidak merasa tentram karena perbuatannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Bahkan bagi tetangga yang ndolim, bukan hanya kehilangan nikmat iman, tetapi semua amalannya pun akan menjadi sia-sia dan dijauhkan dirinya dari surga. Pernah ditanyakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang yang senantiasa bangun malam dan berpuasa, berbuat baik dan bersedekah, tetapi dia senantiasa menyakiti hati tetangganya.”
Rasulullah pun menjawab, “Tiada kebaikan baginya, dan dia termasuk penghuni neraka.”
Kemudian para sahabat berkata, “Ada orang lain yang selalu mengerjakan shalat wajib, bersedekah dengan susu yang dikeringkan dan dia tidak pernah menyakiti satu orang pun dari tetangganya.”
Maka Rasulullah menajwab, “Dia itu termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari)
Semoga kita dapat berbaik-baik dengan tetangga agar dapat membangun sebuah masyarakat yang kuat dan bermartabat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ, لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.