DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI - DEKAT PADA ILAAHI, KUAT DALAM MENGAJI, MAJU DALAM TEKNOLOGI

Minggu, 27 Juli 2014

3 PESAN RAMADHAN



ان الحـمد للـه نحـمده ونستعـينه ونستغفـره ونعوذ باللـه من شـرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا, من يهده اللـه فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له, وأشهد أن لا اله الا اللـه وأشهد أن محمدا عبده ورسـوله. اللـهم صـل على محمد وعلى اله وصحبه ومن تبعهم باءحسان الى يوم الدين
Diiringi rasa syukur atas segala nikmat Allah swt, semoga keselamatan dan kesejahteraan senantiasa dihaturkan kepada manusia pilihan Allah yang menjadi rahmatan lil alamin, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Pada saat ini, kita berada dipenghujung bulan Ramadhan 1435 H / 2014 M. Bulan Ramadhan merupakan bulan istimewa, karena kedatangan bulan Ramadhan senantiasa membawa berkah dan kebaikan bagi umat islam. Bahkan dalam konteks toleransi antar umat beragama, bagi yang tidak berpuasa dianjurkan untuk menghormati saudara-saudara kita yang tengah menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Apabila seorang pejabat Negara atau seorang kepala daerah hadir disuatu desa, maka sudah pasti kehadirannya akan disambut dengan meriah oleh seluruh warga desa itu. Dengan sukacita, warga desa berbondong-bondong hendak menyalami sang pejabat yang merupakan tamu istimewa bagi desanya. Dan ternyata, setiap kunjungan pejabat, senantiasa membawa beberapa program untuk kemajuan desa tersebut, bahkan kadang-kadang membawa bantuan tunai, baik berupa sembako, bantuan untuk tempat ibadah, sekolah, dan lain sebagainya. Kemudian pada akhir kunjungannya sang pejabat akan memberikan sambutan yang berupa pesan-pesan untuk dilaksanakan oleh seluruh warga desa tersebut.
Demikian juga dengan Ramadhan. Ramadhan adalah tamu istimewa kita, sehingga setiap kedatangan bulan Ramadhan senantiasa disambut dengan sukacita oleh orang-orang yang beriman, karena kehadirannya akan membawa satu program pembangunan bagi mental dan spiritual umat islam yaitu menjadikannya sebagai orang-orang yang bertaqwa (muttaqin), sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).
Maka barang siapa yang bersama-sama menyambut gembira kehadiran bulan suci Ramadhan, niscaya ia akan mendapatkan manfaat dari kehadirannya. Dan sebelum Ramadhan kembali meninggalkan kita, maka kitapun akan menerima pesan-pesan yang disampaikannya kepada kita untuk menjadi pedoman melangkah selama sebelas bulan kedepan. Beberapa pesan Ramadhan yang dapat kita tangkap, diantaranya adalah :
1.    Jadilah orang-orang yang ikhlas (mukhlisin)
Puasa Ramadhan merupakan ibadah sirri, dimana hanya kita dan Allah saja yang tahu. Teman, saudara dan tetangga kita hanya dapat menduga-duga bahwa kita berpuasa. Sehingga orang berpuasa semata-mata ikhlas hanya karena Allah swt. Jika kita berpuasa mengharapkan pujian orang lain, maka kita tidak akan pernah mendapatkannya. Oleh karena itu, puasa ramadhan adalah ibadah istimewa dan hanya Alllah yang akan membalasnya.
الصَّوْمُ لِى وَاَنَا اَجْزِى بِهِ
Puasa itu untukku, dan aku yang akan membalasnya (HR. Bukhari dan Muslim).
Selama satu bulan penuh kita dapat menjadi orang yang ikhlas menjalankan ibadah puasa. Maka kita juga diharapkan mampu menjadi orang-orang yang ikhlas (mukhlisin) selama sebelas bulan kedepan. Ikhlas yang dimaksud adalah :
a.     Ikhlas dalam menjalankan setiap bentuk ibadah dan perintah Allah. Tingkat ibadah kita tidak terpengaruh oleh adanya pujian dan sanjungan dari orang lain. Seluruh amal ibadah kita ikhlas semata-mata karena Allah swt.
b.    Ikhlas dalam menjauhi semua larangan Allah. Selama bulan Ramadhan kita dengan ikhlas meninggalkan makanan dan minuman yang sesungguhnya halal pada hari-hari biasa, namun demi pengabdian kita kepada Allah semua itu kita tinggalkan juga.
c.     Ikhlas menerima seluruh takdir Allah terhadap kita.
2.    Jadilah orang-orang yang sabar (shobiriin)
Puasa Ramadhan telah melatih kita untuk sabar menanti saat berbuka puasa. Seberapapun besarnya penderitaan kita akibat menahan lapar dan haus, kita tidak pernah mencoba untuk berbuka. Kita tahu bahwa pada saatnya nanti semua akan dihalalkan kembali oleh Allah. Oleh karena itu, puasa ramadhan membentuk jiwa kita menjadi orang yang sabar.
اِنِّى جَزَيْتُهُمُ اْليَوْمَ بِمَاصَبَرُوا اَنَّهُمْ هُمُ اْلفَآئِزُوْنَ
Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang (QS. Al-Mukminun : 111 )
Selepas ramadhan meninggalkan kita, diharapkan kita tetap sabar dalam menjalani kehidupan. Kita harus mampu menahan gejolak keinganan hawa nafsu kita, karena memang diri kita yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani memiliki kebutuhan yang berbeda. Dan kita sebagai orang yang sabar, akan lebih mengutamakan kepentingan ruhaniah kita dibanding dengan kebutuhan jasmaniah.
3.    Jadilah hamba yang pandai bersyukur (abdan syakuro)
Bukankah dengan puasa ramadhan itu berarti Allah memerintahkan kepada kita untuk mengurangi nikmat makan dan minum serta hubungan suami-isteri di siang hari. Dan ketika kita sedang berpuasa, terjadi pertentangan besar antara unsur jasmaniah dengan ruhaniah. Disinilah terwujudnya rasa syukur kita kepada Allah, bahwa selama ini kita diberinya makan dan minum, tetapi kita tidak pernah merasa bahwa itu adalah nikmat Allah swt.
Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa sesungguhnya nikmat Allah swt itu sangat banyak sekali.
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
"...Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya tidaklah kamu dapat menghitungnya”  (QS. An Nahl: 18).
Dimulai dari kita bangun tidur, menghirup udara pagi, mandi, sarapan pagi dan seterusnya sampai kita tidur. Bahkan sesungguhnya tidur kita itu sendiri merupakan nikmat dari Allah. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk menyia-nyiakan nikmat Allah tersebut.
Sebagai wujud syukur kita atas nikmat Allah tersebut adalah kita berusaha memanfaatkan seluruh nikmat Allah tersebut untuk kepentingan pengabdian kita kepada Allah swt. karena memang kita diutus ke dunia ini tidak lain hanyalah untuk mengabdi kepada-Nya.
وَمَاخَلَقْتُالْجِنَّوَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)